Konsumsi
ikan di dunia telah mencapai rekor tertinggi. Rata-rata setiap orang memakan 17
kg ikan setiap harinya. Hal ini dipublikasikan oleh badan Organisasi Pangan dan
Pertanian PBB (FAO) dalam pembukaan pertemuan komite PBB dalam masalah
perikanan yang ke-29 yang dilangsungkan di markas FAO di Roma.
FAO
mengatakan bahwa sektor perikanan telah mensuplai sekitar 145 ton ikan pada
tahun 2009, memberikan sekitar 16%
asupan protein hewani untuk seluruh populasi masyarakat di dunia. Pada tahun
2011 suplai ikan dunia meningkat menjadi 154 juta ton dan budi daya perikanan
(aquaculture) diperkirakan akan menyumbang 60% produksi ikan dunia pada 2020. Ikan yang ditangkap
dari alam mencapai 90,4 juta ton pada 2011, naik 2% dari tahun 2010. Sementara
budi daya perikanan, terus tumbuh dalam 25 tahun terakhir dan naik 6,2% pada
2011. Penduduk dunia mengonsumsi 130,8 juta ton ikan pada 2011. Sebanyak 23,2
juta ton ikan digunakan untuk produk non-makanan seperti pelet, minyak ikan,
kultur, umpan dan produk-produk farmasi.Laporan tersebut juga menunjukkan
bahwa ikan terus menjadi bahan pangan yang paling banyak dicari dan
diperjual belikan.
Secara
keseluruhan, penangkapan ikan mencapai 90 ton. 80 ton diantaranya berasal dari
laut dan 10 ton lainnya berasal dari air tawar. Hal ini menyebabkan meningkatnya
eksplotasi berlebihan terhadap sektor perikanan. Khususnya dalam sektor laut. Stok
dari 10 speseis ikan komersil benar-benar telah dieksploitasi.
Bahkan
seorang Ilmuwan biologi kelautan Stephen
Palkumbi dari Standford University, dalam catatannya mengemukakan bahwa pada
2048 mendatang tidak akan ada lagi menu seafood di dunia ini yang bersumber
dari lautan.
Berdasarkan analisis dari 64
ekosistem laut terbesar dunia, sekitar 83 % perikanan tangkap dunia mengalami
penurunan 10,6 metrik ton sejak 1994. Bila keadaan ini tidak berubah secara
total, keruntuhan perikanan dunia diperkiakan terjadi pada 2048.
Di sisi lain, berdasarkan berbagai laporan FAO, konsumsi per
kapita ikan masyarakat Indonesia tertinggal hampir dari semua negara di ASEAN,
bahkan per kapita konsumsi ikan Malaysia dan Singapura lebih dari dua kali
masyarakat Indonesia. Tahun 2009, tercatat tingkat konsumsi ikan Indonesia
sebesar 29,08 kg per kapita dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 30,48 kg per
kapita. Rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia ini disebabkan kondisi
ekonomi masyarakat, danmasih sulitnya mendapat
ikan di daerah pelosok. Karena arus distribusi lambat, ikan segar tidak
lagi murah sampai ke tangan konsumen.
Disisi lain, meskipun tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia
masih rendah, namun perkembangannya menunjukkan peningkatan. Memang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi
seperti Kamboja atau Singapura, tetapi masih lebih tinggi dibanding Brunei, Thailand,
dan China (Tabel 1).
Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Indonesia (kg/tahun) dibandingkan
dengan
negara-negara ASEAN lainnya dan China
Negara
|
Rata-rata 2003-2005
|
2007
|
Pertumbuhan
|
Perbandingan
|
Indonesia
|
20.9
|
24,3
|
16,27
|
1,00
|
Brunai
|
36,1
|
34,4
|
4,71
|
1,42
|
Cambodia
|
23,4
|
33,0
|
41,03
|
1,35
|
Malaysia
|
55,4
|
56,1
|
1,26
|
2,31
|
Myanmar
|
24,2
|
29,6
|
22,31
|
1,22
|
Philipina
|
31,7
|
35,4
|
11,67
|
1,45
|
Singapura
|
37,9
|
48,9
|
29,02
|
2,01
|
Thailand
|
32,6
|
31,1
|
-4,60
|
1,28
|
Vietnam
|
25,4
|
30,6
|
20,47
|
1,26
|
China
|
25,9
|
26,7
|
3,09
|
11,0
|
2.
Hubungan Mengkonsumsi Ikan dengan Kecerdasan
Jumlah konsumsi ikan
ternyata juga mempengaruhi kecerdasan otak. Tingkat kecerdasan orang Jepang
ternyata berada di atas rata-rata tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Hal
itu dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Jepang
yang mendapat pengakuan internasional dan sejajar dengan negara-negara industri
maju. Selain itu orang Jepang juga dikenal sehat dan memiliki gairah hidup
tinggi sampai usia tua, bahkan sampai usia 80 tahun. Dari aspek gizi dan
pangan, ternyata bahan pangan yang mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan,
dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang per tahun. Kandungan lemak
Omega-3 yang tinggi pada ikan, mampu mendorong tubuh untuk membentuk lebih
banyak sel otak. Dengan demikian, kekuatan, kecepatan, daya ingat, dan daya
tangkap otak lebih meningkat.
Ikan mengandung omega 3 dan omega
6, dan kelengkapan komposisi asam amino. Ikan merupakan bahan pangan yang
sangat baik mutu gizinya, karena mengandung kurang lebih 18 gram protein untuk
setiap 100 gram ikan segar. Sedangkan ikan yang telah dikeringkan dapat
mencapai kadar protein 40 gram dalam 100 gram ikan kering. Dibandingkan dengan
bahan makanan lainnya, ikan mengandung asam amino essensial yang lengkap dan
sangat diperlukan oleh tubuh manusia, oleh karena itu mutu protein ikan
sebanding dengan mutu protein daging. Ikan pada umumnya dan ikan laut pada
khususnya merupakan bahan pangan yang kaya akan yodium. Zat ini diperlukan oleh
tubuh untuk dapat membentuk hormon tiroksin. Kandungan yodium yang terkandung dalam
ikan mencapai 83 mikogram/100 gram ikan. Sementara daging hanya mengandung 5 mikrogram/100 gram. Dengan
demikian konsumsi ikan laut yang tinggi dapat mencegah penyakit gangguan akibat
kurangnya konsumsi yodium (GAKY). Selain mengandung protein, ikan kaya akan
mineral seperti kalsium dan phosphor. Sementara kandungan lemak pada ikan
sebesar 70% terdiri dari asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty Acid),
sedangkan pada daging sebagian besar terdiri dari asam lemak jenuh (Saturated
Fatty Acid). Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi, yang
sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung
asam amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam
tubuh manusia.
Salah satu komponen gizi yang terkandung
dalam ikan dan diduga berperan dalam meningkatkan kecerdasan ialah
Docosa-hexaenoic-acid (DHA), yang merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa
rantai panjang Omega-3, terdiri dari 22 atom karbon, 32 atom hydrogen dan 2
atom oksigen (rumus molekul: C22H32O2). DHA merupakan asam lemak tak jenuh yang
bermanfaat untuk mencegah penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah otak
Para peneliti menyurvei 5.000
remaja laki-laki yang berusia 15 tahun. Penelitian menunjukkan mereka yang
mengonsumsi ikan lebih dari sekali per pekan cenderung memiliki skor yang lebih
tinggi dalam tes inteligensi yang dilakukan tiga tahun kemudian.
Hal ini, terang para peneliti,
karena kandungan asam lemak omega-3 yang terdapat dalam ikan. Omega-3 ini
sangat penting dalam perkembangan otak awal. Selain itu, lemak sehat ini juga
bagus untuk mempertahankan fungsi otak agar tetap sehat sepanjang hidup.
Omega-3 ini, banyak ditemukan pada ikan berminyak seperti salmon, mackerel, dan
ikan tuna.
Penelitian-penelitian sebelumnya
juga telah menemukan manfaat ikan terhadap perkembangan otak. Ibu yang
mengonsumsi ikan secara teratur selama masa kehamilan, mempunyai anak yang
memiliki skor tes inteligensi yang lebih tinggi dibanding dengan teman
sebayanya yang lain. Selain itu, orang tua yang telah mengonsumsi ikan dalam
waktu lama mempunyai risiko yang lebih rendah mengalami penurunan fungsi
kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar